PENDAHULUAN
Bioenergetika adalah ilmu yang mempelajari tentang
perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Semua mahluk hidup harus beraktivitas agar tetap hidup, tumbuh dan bereproduksi, sementara itu semua mahluk hidup mempunyai kemampuan untuk menghasilkan energi. Sehingga dapat dikatakan bahwa semua mahluk hidup mempunyai kemampuan untuk mengubah energi untuk aktivitas biologisnya.
Energi adalah kapasitas untuk melakukan pekerjaan atau kemampuan untuk membuat perubahan. Semua perubahan di alam ini memerlukan energi. Energi ini terdapat dalam dua bentuk yaitu Energi potensial atau energi simpanan (termasuk energi kimiawi yang tersimpan dalam molekuk, tidak ada perubahan) dan Energi kinetik adalah yang menyebabkan perubahan (energi yang dihubungkan /diasosiasikan dengan gerak).
Pada sistem Non Biologis seperti pada mesin, alat teknik dll energi panas dapat diubah
menjadi energi mekanis atau energi listrik. Sedangkan pada sistem Biologis atau makhluk hidup bersifat isotermis (seimbang), sehingga manusia hanya menggunakan energi panas
untuk mempertahankan suhu tubuh tanpa dapat diubah menjadi energi mekanik dan
energi listrik. Dan pada sistem biologis ini akan menggunakan energi kimia
untuk menjalankan proses-proses kehidupan.
Pada sistem biologis ternyata mengikuti hukum
dasar Termodinamika pertama dan kedua. pada hukum Termodinamika pertama
menyatakan bahwa "energi total suatu sistem tidak hilang atau bertambah selama
perubahan, melainkan energi dipindahkan antar bagian sistem dan dapat diubah menjadi energi
bentuk lain". Sedangkan pada
hukun Termodinamika kedua, menyatakan bahwa "entropi (tingkat kekacauan) total
suatu sistem harus meningkat jika suatu proses terjadi secara spontan".
Penggabungan dari kedua hukum Termodinamika ini menghasilkan sebuah persamaan :
∆G = ∆H - T∆S, karena dalam reaksi biokimia ∆H sama dengan ∆E sehingga
persamaanya menjadi ∆G = ∆E - T∆S. Jika ∆G bernilai negatif maka reaksi yang
berlangsung spontan dan bersifat eksergonik,
sedangkan jika ∆G bernilai positif maka reaksi yang berlangsung tidak spontan
dan bersifat endergonik, dan jika ∆G
bernilai nol maka sistem berada dalam keseimbangan.
Pada sistem biologis dikenal istilah Endergonik
untuk proses yang memerlukan energi dan Eksergonik untuk proses yang
menghasilkan energi. Penggunaan istilah ini untuk menunjukkan bahwa suatu
proses masing-masing disertai oleh kehilangan atau penambahan energi bebas
dalam segala bentuk. Reaksi eksergonik disebut juga sebagai Katabolisme (reaksi
penguraian), dan reaksi endergonik disebut juga sebagai Anabolisme (reaksi
sintesis/pembentukan). Reaksi Endergonik dan Eksergonik dalam prakteknya tidak
dapat berjalan secara sendiri-sendiri, keduanya saling berkaitan dan
ketergantungan. Salah satu bukti adanya ketergantungan ini adalah pada proses
yang terjadi didalam tubuh manusia. Makanan yang dimakan oleh manusia dipecah
(katabolitik) menjadi senyawa prekursor yang disertai dengan pembentukan E
menjadi ~E (proses Eksergonik). ~E yang dihasilkan dari proses katabolitik ini
digunakan untuk kerja sel, pembentukan biomolekul kompleks, dan digunakan dalam
kerja mekanik dan osmotik yang disertai dengan perubahan ~E menjadi E (proses
Endergonik).
Mekanisme pengaitannya dapat melalui beberapa
cara, yaitu dapat melalui pembentukan zat antara dan melalui pembentukan
senyawa kaya energi (~E). Senyawa kaya energi yang paling banyak didapat adalah
adenosin trifosfat (ATP). ATP adalah suatu nukleosida trifosfat yang mengandung
adenin, ribosa, dan tiga gugus fosfat. Nilai untuk hidrolisis fosfat terminal
pada ATP terbagi kedalam 2 kelompok, yaitu fosfat berenergi-rendah dan fosfat
berenergi-tinggi. Contoh fosfat bernergi-rendah adalah ester fosfat dan contoh
fosfat berenergi-tinggi berupa anhidrida, enolfosfat, dan fosfoguanidin dll. Fosfat berenergi-tinggi di simbolkan
dengan ~P. Oleh karena itu pada ATP mengandung dua gugus fosfat berenergi
tinggi, ADP mengandung satu fosfat berenergi tinggi, sementara AMP termasuk
fosfat berenergi rendah.
ATP berperan penting dalam proses pemindahan energi
bebas dari proses eksergonik ke proses endergonik. Selain itu ATP mampu
berfungsi sebagai donor fosfat berenergi-tinggi untuk membentuk suatu senyawa,
dan ADP dapat menerima fosfat berenergi-tinggi untuk membentuk ATP. Fosfat
berenergi-tinggi (~P) terdapat dalam 3 sumber utama, yaitu dalam proses fosforilasi oksidatif yang banyak
terdapat dalam organisme anaerob, dalam proses glikolisis yang berasal dari pembentukan laktat dari suatu molekul glukosa,
dan pada siklus asam sitrat yang
berasal secara langsung dari siklus ditahap suksinil tiokinase. Ketika ATP
digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan kontraksi otot maka konsentrasi
ATP dipertahankan, sedangkan apabila konsentrasi ATP tinggi dan berlimpah maka
ATP akan disimpan di dalam fosfagen yang terdapat di otot rangka, jantung,
spermatozoa, dan otak vertebrata.
Ada 3 sumber utama ~℗ yang berperan
dalam konservasi atau penangkapan energi.
1. Fosforilasi oksidatif
Fosforilasi oksidatif adalah sumber ~℗ terbesar dalam
organisme aerobik. Energi bebas untuk menggerakkan proses ini berasal dari
oksidasi rantai respirasi di dalam mitokondria dengan menggunakan oksigen.
2. Glikolisis
Dalam glikolisis terjadi pembentukan netto dua ~℗ yang
terjadi akibat pembentukan laktat
3. Siklus asam sitrat
Dalam siklus asam sitrat satu ~℗ dihasilkan langsung pada
tahap suksinil tiokinase.
Peran penggunaan ATP yang lain adalah dapat
menggabungkan reaksi yang secara termodinamika kurang menguntungkan dengan
reaksi yang lebih menguntungkan. Contohnya pada fosforilasi glukosa menjadi
glukosa 6-fosfat. Pada tahap reaksi ini sangat endergonik dan tidak dapat
berlangsung secara fisiologis sehingga perlu adanya penggabungan dengan reaksi
hidrolisis fosfat terminal ATP yang bersifat secara eksergonik, sehingga kedua
reaksi ini dapat terjadi.
Tabel 1.1 Energi bebas baku hasil hidrolisis beberapa
senyawa
organofosfat yang memiliki peran penting dalam biokimia
Senyawa
|
ΔG0
|
|
kJ/mol
|
kkal/mol
|
|
Fosfoenolpiruvat
Karbamoil fosfat
1,3-bifosfogliserat
(sampai
3-fosfogliserat)
Kreatin fosfat
ATP à ADP + Pi
ADP à AMP + Pi
Pirofosfat
Glukosa 1-fosfat
Fruktosa 6-fosfat
AMP
Glukosa 6-fosfat
Gliserol 3-fosfat
|
-61,9
-51,4
-49,3
-43,1
-30,5
-27,6
-27,6
-20,9
-15,9
-14,2
-13,8
-9,2
|
-14,8
-12,3
-11,8
-10,3
-7,3
-6,6
-6,6
-5,0
-3,8
-3,4
-3,3
-2,2
|
Dalam reaksi-reaksi yang terjadi dalam biokimia,
terdapat peranan enzim sebagai zat yang dapat mempercepat tercapainya suatu
reaksi, contohnya :
- Pada reaksi fosforilasi glukosa menjadi glukosa 6-fosfat melibatkan katalis enzim heksosinase.
- Pada perubahan ATP + AMP < -- > ADP melibatkan enzim Adenilil Kinase
- Pada pembentukan AMP dari suatu ATP melibatkan enzim Asil-KoA Sintetase
- Pada pembentukan nukleosida trifosfat dari suatu difosfatnya melibatkan enzim Nukleosida difosfat Kinase, dan
- Pada pembentukan nukleosida difosfat dari monofosfatnya melibatkan enzim Nukleosida Monofosfat Kinase Spesifik
Murray RK, Granner
DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2003, Biokimia
Harper, Edisi XXV, Penerjemah Hartono Andry, Jakarta: EGC
Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah:
Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia FKUI), Jakarta: EGC
http://www.biology.arizona.edu\biochemistry, 2003, The Biology
Project-Biochemistry
http://www.bioweb.wku.edu\courses\BIOL115\Wyatt, 2008, WKU Bio 113
Biochemistry
0 comments:
Post a Comment